Josephine Benedicta Jessica Cristalia Budiarto
WISHES TIME
SWEET ESCAPE IT'S PAST
|
Thursday, August 14, 2008
bintang untukmu
BINTANG UNTUKMU
oleh : Jessica Cristalia Budiarto 21 April 2009, 15.23 Joanna senyum senyum sendiri duduk di atas ranjangnya. Membayangkan apa yang akan terjadi besok saat hari ulang tahunnya. Tahun lalu ia mendapat surprise party dari teman-temannya tercinta. Ulang tahun terindah sepanjang hidupnya, usia 16. Sebuah boneka beruang besar juga bertengger di kamarnya sekarang, hadiah dari Shaun. Ingin rasanya ia mempercepat waktu menuju hari esok. Rabu, tanggal 22 April. Apa ya yang akan terjadi? Ia merapikan posisinya dan berbaring di ranjangnya yang empuk. "Tuhan, semoga hari esok cepat tiba." 21 April 2009, 19.00 "Haaloo?" "Hei, bangun ayo sudah malam ini, Jo." "Hemm, 30 menit lagi deh. matanya nempel." "Aah, bangun Jo. Ayo bangun." "Hemm." "Bangun bangun bangun bangun." "Iya iya." "Udah?" "Udah," sahut Joanna seraya duduk di ranjangnya, "Kenapa shaun?" "Besok kamu pulang jam berapa, Jo?" "Jam 4, Shaun. Besok aku ada kegiatan sore." "Oo, yaudah aku yang jemput ya besok." "Ha iya? kenapa?" "Gak papa kamu mau kubawa ke suatu tempat. Hehehe." "Mau ke mana shaun?" "Rahasia." "Aaah. mau dong dikasih tau." "Nggak ah, tunggu besok." "Ihh. Hahaha. Oke2. Aku mau kado yang banyak ya Shaun." "Gak mau ah." "Ih. Kamu lagi apa?" "Main CS." "Oh, haha. Gampang ketebak." "Sini ol." "Rame gak?" "Lumayan. Ada anak2." "Oh? Asiik. Mau ah ol. Sampai bertemu di lain media Shaun. Bye." "Ok. Bye." 22 April 2009, 06.42 "HAPPY BIRTHDAY JOJO. HAPPY BIRTHDAY JOJO. HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY JOJO!!!" Joanna terbelalak ketika masuk ke kelasnya, XI IPS 1. Teman-teman sekelasnya sudah ada di depan kelasnya memegang kue coklat besar dan trumpet trumpet karton mini. Joanna tertawa gembira, lagi-lagi ia merasa terharu dengan ulang tahunnya dan kembali ia mulai membayangkan kejutan apa yang akan dibuat Shaun untuknya. Sangat tak sabar menanti sore hari. "Thanks semuanya. Haha. Ayo potong kuenya makan rame2. Thanks ya. Thanks." 22 April 2009, 16.00 "Thx ya drii. Gw pasti suka kadonya," ucap Jo sambil memegang erat-erat sebuah kotak yang terbungkus kertas kado warna kuning. "Iya Joo. Panjang umur ya lo. Awet-awet sama Shaun," ucap Andriani yang kemudian memeluk Jo. "Thx lagi ya drii. sori nih gw mesti buru2, ditunggu Shaun di depan." "Hah? CIEEE Jooo. manis banget! Mau ke mana?" Andriani melepaskan pelukannya. "Wahh, gatau, rahasia katanya. Hihi. Duluan ya dri. Babaii." Jo berlari-lari kecil menyusuri lorong sekolahnya menuju keluar. Begitu ia sampai di gerbang sekolahnya, matanya menyapu lapangan parkir mencari mobil xenia emas ber plat 8513 B milik Shaun. "JO!" Seseorang memanggilnya dengan lantang Joanna menoleh kemudian mengerutkan dahinya. "Kok?" "Cepet ikut gw," ucap Ethan seraya menarik lengannya. "Hah? Kita mau ke mana than? Gw ada janji sama Shaun. Than, ah lepasin ah." "Jo, please please. Ada sesuatu yang penting Jo. Lo ikut gw dulu. Gw udah bilang sama Shaun." "Emangnya ga bisa nanti Than? Kenpa harus hari ini sih? Gw ada janji sama Shaun." Namun Ethan sama sekali tidak menggubris pembicaraannya, seraya menariknya terus ke arah Honda City nya. Ethan membukakan pintu untuk Jo dan mendorongnya halus ke dalam mobil. Lalu ia berputar dan masuk ke dalam mobilnya. Ia terdiam, Jo bingung setengah mati. Ia memandang Ethan dengan pandangan penuh tanya, lalu Ethan menoleh ke arahnya dan menghela napas panjang. "Jo, gw tau lo cewe kuat, dan lo juga pasti bisa tabah ngadepin masalah ini." "Hah apa sih?" otak Jo berputar cepat. Apa gerangan yang terjadi. OHH!! It must be another birthday surprises. Jo tersenyum, "Haha. Akting lo bagus than." Namun Ethan tidak menggubris kata-kata Jo. Ia kembali menghadapi setir di depannya dan menstarter mobilnya. Dua menit kemudian mereka sudah meluncur di jalan raya. 22 April 2009, 16.42 "Especially for you, I wanna let you know I'm feeling that way too. and if it dreams were wings you know I would have flown to you, to be where you are no matter how far.. an..." KRINGGG. Suara telepon genggam Ethan menyela suara indah ten2five di radio. Joanna membantu mengecilkan volume radio. Ethan meraih handphonenya di laci mobil dan mengangkat panggilan untuknya, "Halo..., oh sori gw kena macet ni. Udah di tol kebon jeruk sekarang... Iya Joannanya udah sama gw.... Nggak dia belom gw kasih tau.... Oh ke rumah?.... Iya iya oke. Bye." "Siapa than?" tanya Joanna ketika menutup Ethan memasukkan kembali teleponnya ke laci. "Marcell." "Ohh." *si shaun bikin surprise apa sih ini? haha. aduh pengen cepet2 ketemuu!! especially for you, I wanna let you know I'm feeling that way too.* Dan mobil terus meluncur di atas jalan raya. 22 April 2009, 17.13 Joanna terkejut ketika mereka berhenti di depan sebuah rumah dengan plat H4/22. Ini nomor rumah Shaun. *wah kok aneh ya surprisenya di rumah Shaun?? haha. ada si tante maria gak ya? jadi gak enak* Joanna segera membuka pintu mobil dan ingin segera meloncat turun. Bokongnya sudah terasa pegal akibat macet di daerah Tomang. Namu sebelum iya menapakkan kakinya di tanah tangannya ditahan Ethan. "Jo, ini mungkin akan jadi ulangtahun terburuk lo." "Apa sih? Haha. Bisa jadi artin lo than." "Gw serius Jo. Yang kuat ya." "Yaa yaa yaaa." Joanna meloncat keluar mobil dengan tidak sabar dan menghambur masuk kee dalam rumah tersebut. "Jo..." temannya Monique berlinangan air mata di pintu masuk. *buset si mon lebih artis sinetron lagi dari si Ethan* "Joooo," Derin berlari ke arahnya dan memeluknya erat-erat. Ia menangis dengan kejarnya. Jo merasakan bahunya basah kena air mata Derin. *aduuhh, ini kenapa artis sinetron gini semua sih?? wah seru nih kayaknya.* "Kalian kenapa sih? Nyanyi aja happy birthday jangan nangis2an gini segala ah." "Dia belum tahu?" tiba tiba Marcus muncul dari belakang Monique dan berbicara pada Ethan. Jo menoleh dan melihat Ethan menggeleng sambil masih memeluk Derin. Tiba-tiba ia melihat Tante Maria bersama Oom Ferdy keluar kamar Shaun dengan berlinangan air mata juga. Hatinya mulai tak tenang. *ada apa ya? masa surprise ultah sampe segini hebohnya?* "Ada apa sih?" tanya Jo kebingungan. Marcel muncul dan mendorongnya ke masuk ke kamar Shaun. Kamar itu terang, cahaya senja masuk dari jendela yang dibuka gordennya. Namun suasanya begitu dingin apalagi ketika ia melihat Odette, kakak perempuan Shaun, May, dan Joselyn menangis di sekitar ranjang Shaun. Jantung Joanna mulai meloncat-loncat tak karuan. Sekonyong-konyong ada yang memutar musik rock di dalam sana. Ia sama sekali tidak ingin percaya apa yang dilihatnya. Sosok itu, sosok orang yang paling disayanginya terbaring tidak berdaya di atas ranjang di hadapannya. Ya, itu Shaun. Itu Shaun. Joanna berlari ke arah ranjang Shaun dan menggoncang tubuh yang tak bernyawa itu, "Shaun, Shaun, Shaun bangun!!" yang digoncang masih tidak bergeming. "KALIAN BERCANDA KAN?? UDAHAN DONG BERCANDANYA!!" jeritnya marah. Ia sama sekali tidak bisa mengerti mengapa ulangtahunnya begitu mengerikan. Derin menangis semakin kencang. Monique memeluknya dan menangis juga. Joselyn dan May bereplukan sekarang. Sama naasnya, sama sedihnya. Marcus menundukkan kepalanya, terisak pelan. Marcel keluar kamar. Ethan menyusulnya. Odette mulai kehabisan napas karena ia menangis begitu keras. "Kaa kalian bercanda kan? Ayo bilang ini bercanda." air mata berjatuhan di pipi Joanna. Kakinya lemas, ia terduduk di lantai, di samping ranjang Shaun dengan tangan yang mencengkram kaos Shaun yang penuh darah erat-erat. "Shaun, Shaun bangun. Kita harus pergi sekarang. Kamu mau ajak aku ke mana? Bangun Shaunn.. Bangunn." Joanna menangis dengan hebatnya. Badannya berguncang mencoba menahan kesedihan. Terlalu berat, segalanya terlalu berat untuk disadarinya itu kenyataan. Ia berlutut di samping Shaun, masih erat-erat mencengkram bajunya, "Shaun, kamu harus bangun, udah sore Shaun. Kita mau pergi kan? Iya kan? Kamu harus nepatin janjinya. Shaun banguunn. Bangunn bangunn." Ia mengguncang guncang tubuh Shaun lebih keras lagi. Napasnya tersenggal menahan air mata. "Kita baru setaunan kamu ga boleh pergi, kamu blom main gitar buat aku. Kamu blom nunjukin tempat rahasianya buat aku. Kamu belom ngasih kado. Kamu harus bangun. Bangun," terbata bata, penuh keputus asaan ia menggoncang lagi tubuh Shaun. Kemudian ia menunduk menangis begitu hebatnya sampai Monique, Derin, Joselyn, dan May berhamburan untuk memeluknya. 23 April 2009, 18.57 Joanna ditemani Ethan, Monique, Marcus, Derin, Marcel, May, dan Joselyn terduduk di samping peti bewarna putih. Ia menggenggam sehelai kertas yang dilipat rapi. Sejak kemarin ia sudah menerimanya namun belum cukup kuat membacanya. Akhirnya hari ini ditemani kawan2nya yang setia ia memberanikan diri membuka lipatannya. Tulisannya khas, tidak rapi. Banyak titiknya. Dan tanda tangan yang besar di bawahnya. Menarik napas panjang, ia mulai membacanya. Dear Joanna, Maaf kalo aku ninggalin kamu secepet ini, Jo. Aku ga bisa terima dan aku ga pernah bisa cerita waktu aku punya mimpi terburuk itu. Aku pergi beli mawar buat kamu dan tiba-tiba sebuah truk nabrak Xeniaku. Itu pas hari ultah kamu. Siang-siang, masih lama sbelom waktu di mana aku harus jemput kamu. Tapi mimpinya begitu nyata, dan aku selalu dapet firasat ini bakal jadi kenyataan. Dan kalo kamu baca surat ini, artinya semuanya terjadi. Aku harus pergi Jo. Maaf. Kamu lagi ngapain sekarang? Udah menemukan tempat rahasianya? Belum ya? Ini kukasih tau. Adanya di Puncak, di atap villa tempat kita nginep rame-rame sama anak2 waktu itu. Inget gak? Yang kamu foto-foto itu. Kamu naik aja ke situ, terus liat langit di bagian Timur laut. Ada satu bintang, terang banget. beda dari yang lain. bintangnya gede, kamu harus liat karena kamu suka bintang kan? haha. Minta Ethan setirin kamu ke sana aja Jo. Aku gatau ini boleh apa nggak, tapi bintang itu buat kamu Jo. Mungkin kalo di badan meteorologi itu udah ada namanya tapi buat aku namanya Bintang Joanna. haha. norak ya? semoga kamu suka bintangnya. Jo, kamu harus hidup dengan baik. Jadi cewek yang kuat. Jadi notaris yang hebat ya, katanya kamu mau jadi orang kaya? udah gitu semoga juga bisa punya anak kembar kayak yang kamu mau. haha pake nama Charlene sama Charlton jangan lupa. Jangan imbisil lagi ya Jo, ga boleh sering nangis. Aku akan selalu ngawasin kamu dari atas. haha. lagi2 norak. Yang terakhir, maaf kalo aku bukan cowok yang baik buat kamu. Sering nyuekin kamu. Tapi aku cuma gatau gimana caranya bilang sayang ke kamu. Love, Shaun Adrian Josaphat Gandi 22 April 2024, 05.30 "Happy birthday Charlene, Charlton!!! Ayo bangun bangun. Kalian harus ke sekolah!!" ucap Joanna menerobos masuk ke kamar si kembar. Sekarang si kembar sudah berusia 5 tahun. Dua-duanya sekarang TK B di TK Regina Pacis. Ketika ia menyingkap selimutnya betapa terkejutnya ia melihat ranjang mereka kosong. "HAPPY BIRTHDAY MAMIII!!!" tiba-tiba suara nyarng di belakangnya mengejutkannya dengan sangat. Mereka berlari dan berebutan memeluknya. "Iya happy birthday juga kalian berdua," ucapnya sambil mengecup putra dan putrinya. "Ini buat mami!!" teriak Charlton mengeluarkan kotak kecil yang dibungkus tidak rapi dari sakunya. "Iya ini juga!!!" sahut Charlene menyerahkan kartu yang digambarnya sendiri dan setangkai bunga matahari yang sebagian kelopaknya berguguran karena dipetik paksa dari kebun. Joanna tertawa melihat ketulusan anak-anaknya. "Terimakasih para malaikat. Nah, ayo sekarang mandi!!" "Hadiah buat kita mana mii??" tanya Charlene. "Iya mana mana? Pokoknya gamau sekolah kalo ga dikasih kado!!" sahut Charlton. "Oh ada dong. Nanti mami ajak kalian ke sebuah tempat rahasia yah abis pulang sekolah." "Janji?" tanya Charlton. "Iya janji." "Kalo gitu kait jari dulu mi!!" cetus Charlene. dan lagi- lagi Joanna tertawa bahagia karena dua malaikat kecilnya. 22 April 2024, 19.54 "Ini mi tempatnya??" tanya Charlton. "Iya tapi kita belum sepenuhnya sampai," ujar Joanna sambil memasangkan jaket ke tubuh anak2nya. Ia mengajak anak2nya turun dari mobil dan memasuki villa tersebut. Villanya sudah tua sekarang, modelnya sudah ketinggalan jaman, dan seluruh ruangannya berdebu. "Mami, lene takut." ujar Charlene merapat ke tubunya. "Iya, arlton juga." Joanna menggandeng anak laki-lakinya erat-erat dan menggendong Charlene. Ia menyalakan lampu dan menaiki tangga. Setelah itu mereka keluar ke beranda. "Nah sekarang coba lihat ke langit." "Waaahh!! BANYAK BINTANG!!!" teriak charlton kegirangan. "BAGUS!! ARLTON BINTANGNYA BAGUS YA??" seru Charlene tidak kalah senang. "Nah kalian lihat gak bintang yang itu?" "Yang mana yang mana?" tanya Charlton antusias. "Yang itu" ujar Joanna mengulurkan lengannya lebih panjang, "yang paling terang." "Lene liat!! Lene liat!!" "Nah itu namanya bintang Joanna. namanya sama kayk nama mami loh!!" "Wahh bagus." ujar Charlton kagum. "Sebelah kanan bintang Joanna itu hadiah buat Charlene namanya bintang Lene. Sebelah kirinya hadiah buat Charlton, namanya bintang Arlton." "Asiik!! Lene kita punya bintang!!!" "Iyaa arlton, bintang kita bagus yaa??" "Nah di belakang bintang Joanna ada bintang lagi lihat!!" "Iya iya lene liat!!" "Itu namanya bintang Shaun." "Siapa itu mi??" "Malaikat mami." _the end_ |