<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8819057648421106009\x26blogName\x3djcristalia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://jessicacristalia.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://jessicacristalia.blogspot.com/\x26vt\x3d-2015905045026751471', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Josephine Benedicta Jessica Cristalia Budiarto
jcristalia@yahoo.com

"life is a climb, but the view was great"

number of visitors
(since November 7, 2008):




WISHES

live happily ever after
sarjana hukum universitas katolik parahyangan


TIME




Sunday, July 25, 2010
DIDENGARKAN?

saya bingung,
dari kecil selalu saja saya dididik untuk mengungkapkan pendapat saya.
tapi rasanya pelajaran itu sama sekali tidak terpakai akhirnya,
karena setiap anak nyatanya jadi boneka orang tuanya.

hari ini terjadi lagi masalah sepele yang bikin saya berantem sama ibu saya.
dia suruh saya cuci piring yang baru saja dibeli di sebuah pusat perbelanjaan.
waktu menunjukkan pukul 10 malam dan saya habis seharian beraktivitas.
lalu saya bilang,
"besok aja deh mam"
lalu beliau tanya,
"memang habis ini kamu mau ngapain?"
dan saya jawab,
"baca novel"

tiba-tiba beliau marah.
alasannya adalah kenapa si saya ini malas bisanya cuma menghabiskan waktu di depan komputer dan chattingan (padahal saya nggak chatting) dan kalo nggak baca novel. disuruh nyuci piring aja nggak mau nanti besok nggak dikerjain.
lalu dia merambat,
itu kemaren barang2 kosan yang udah dibeli juga semua mami yang beresin kamu ngapain aja kerjanya nonton bioskop doang bangun siang siang lalalalalala.

lalu saya jawab,
ya mami kalo gamau beresin kan tinggal suru aku aja juga pasti aku kerjain. lagian sekarang udah malem juga kali mi besok juga bisa cuci piring gitu.
(lagipula piring itu ada 4 set lengkap dengan mangkuk cangkir dan pirinh kecil)

lalu dia jawab lagi intinya saya banyak alasan, disuruh kerjain check list barang yang mesti dibawa aja ga dikerja-kerjain, disuru cari tau tentang laptop ga dikerjain, lalu berikutnya tiba di bagian yang paling saya nggak suka.
DIBANDINGKAN

dia lalu bilang,
liat tuh temen2 kamu yang udh pada masukin barang ke kosan, liat tuh si A si B si C si semuanya aja disebutin suka-suka dia.
kamu mau beli laptop aja dari kemaren gatau mau beli yang mana, udh disuru nyari tau ga dicari-cari, makanya urusin aja tuh si babas, si antiokh, si bioskop.
mami suruh nyariin soal buat rena aja ga dicari-cari.
kamu mah keterlaluan lalalalala.

saya lalu sudah malas menjawab.

memangnya dia pernah dengar pendapat saya?

maksud saya begini loh,
soal barang kos, kalau dia ga mau beresin ya sudah gausah diberesin. FYI setiap pagi saya bangun mau beres-beres saja saya jadi bingung apalagi yang mesti diberesin karena semuanya sudah rapi.
tapi kalau mendengar omongannya hari ini kok kesannya dia ga rela ya beresin, kenapa kalau merasa keberatan tinggal bilangin saya untuk beresin nanti juga pasti saya beresin.

soal cuci piring,
hari ini saya dipaksa gereja jam 6 pagi, kemudian ikut kelas yoga. saya iya-iya saja karena memang udah lama juga ga punya waktu untuk keluarga. kemudian habis itu masih harus rapat antiokh ya lalu saya rapat. pulang rapat langsung pergi lagi belanja-belanja untuk kosan, pulang malam ingin baca novel menunggu mengantuk malah begitu tanggapannya.
kenapa si? apakah besok kiamat sehingga saya harus kerjakan malam ini juga?

soal laptop,
siapa bilang saya tidak nyari tau. saya cuma nggak ngerti apa-apa. sudah tanya orang juga tetap saja buta karena bukan bidang itu yang saya geluti sehari-hari. coba tanya saya perkembangan TBTL juga pasti saya jawab dengan lancar.
waktu itu saya ajak ke JCC malas, sekarang putrinya nggak ngerti apa-apa dimarahin.
ya saya bisa bilang apa?

soal disuruh cari soal untuk rena,
rena itu adik kelas saya sekaligus junior MB saya dan dia minta soal2 bekas kelas 3 saya, tapi saya punya udh saya wariskan semua ke cia (buat anak @ yang baca, cia itu kakaknya tannia meyana we 11)
lalu mami saya kekepoan sendiri minta saya minta-mintain sama temen-temen saya soal buat rena.
maaf-maaf saja, tapi saya merasa itu bukan urusan saya.
dia yang butuh kenapa saya yang repot?
kakak kelasnya kan ga cuma saya, ada nini andri anak-anak ips lain, kalo dia ga kenal itu bullshit namanya, orang kita sama-sama ada di MB.
akhirnya saya tanyain ke nini, terus nini bilang nanti dibawain pas misa awal tahun.
lalu pas misa tahun itu benar-benar ajang saya kangen2an sama semua teman2 SMA saya dan adik-adik kelas saya, boro-boro saya ingat tentang soal-soal itu, nini sendiri juga lupa.
pulang-pulang saya kena semprot.
ya terus terang saya si kurang senang ya, memangnya manusia nggak bisa lupa apa.
namanya juga euphoria.

lanjut soal chatting,
saya sama sekali tidak chatting. seperti yang semua orang tau, saya punya novel, dan novel saya punya pembaca. walaupun saya duduk dan di depan komputer bukan berarti saya tidak produktif. dan saya pernah cerita soal novel-novel ini sama mereka dan mereka senang sekali dengan keratifitas saya itu, nulis novel di blog dianggap suatu langkah yang baik untuk menyalurkan hobi menulis saya.
dan saya bukan malas, saya bukan chattingan yang tidak-tidak.
saya hanya butuh waktu untuk menuangkan imajinasi saya, yang jelas tidak sedikit.
dan saya punya pembaca yang butuh dipuaskan.

lanjut,
kayaknya hampir semua anak remaja punya masalah dengan kata ini : DIBANDINGKAN
saya nggak ngerti kenapa orang tua hobi sekali membandingkan anaknya dengan temannya yang lebih ini itu lalala.
pernahkah mereka mengukur kemampuan anaknya sampai di mana?
padahal sejak kecil juga mereka yang selalu menanamkan sama kita kalau kita nggak boleh iri sama orang lain karena tiap orang diciptakan dengan kapasitas masing-masing.
lalu apa itu maksudnya membandingkan?
ingin menjadikan saya seperti teman-teman saya?
maaf saja, tapi saya punya kapasitas dan pola pikir saya sendiri.
dan saya bersumpah, kelak jika saya jadi orangtua dan saya nggak suka dengan tingkah laku anak saya, saya akan ngasih tau mereka TANPA MEMBANDINGKAN dengan teman-temannya. karena saya percaya anak saya ada lebihnya dibanding teman-temannya dan ada kurangnya juga dibanding teman-temannya.
membandingkan tidak ada gunanya, toh?

itulah, masalah-masalah sepele yang membuat saya jadi berantem besar dengan ibu saya.
salahnya, dia selalu merasa dirinya paling benar dan saya salah.
seperti cuci piring tadi
apa bedanya besok dan hari ini?
toh kalau saya janji pasti saya tepati.
saya janji ngepel rumah saja saya tepati, apalagi ini yang cuma cuci piring?

saya akhirnya cuma bisa diam dan kesal-kesal sendiri dan akhirnya gonta ganti status ga karuan di twitter (maaf untuk yang merasa terganggu).
munafik eh? harusnya saya katakan saja di depan orangtua saya.
tapi saya lebih malas lagi kalau terus saya debat dan dia berkata, sebuah kalimat yang sangat saya hafal sejak kecil

"KALAU DIKASIH TAU TUH DIPIKIR!"

saya bukannya tidak mau berpikir.
tapi sekali lagi saya punya pendapat saya sendiri.

saya merasa saya benar-benar jadi anak yang gagal kalau saya cuma bisa jawab "baiklah"
maaf, tapi saya tidak dididik untuk seperti itu.
saya bukan robot.
saya punya suara dan saya berhak didengarkan.

lagi-lagi pertanyaannya : apakah saya didengarkan?

kenapa kesannya jadi saya korban otoritas orang tua.
dan saya yakin pasti beliau marah sekali kalau mereka tau saya menulis tulisan macam ini. mungkin satu yang mereka nggak ngerti, saya nulis ini bukan untuk menjatuhkan citra mereka, saya menghormati mereka karena tentu saja yang namanya orangtua pasti banyak benarnya dan jauh lebih bijaksana.
yang saya ingin mereka mengerti adalah, saya mau protes tentang ini :
nggak selamanya orangtua itu benar

saya sangat ingin tahu bagaimana perasaan anak-anak lain.
jadi bisakah kalian membaca ini kemudian menuliskan pendapat tersendiri di kolom bawah situ?

thanks.